Rabu, 14 Oktober 2020

CERITA PENDEK PENYAKIT TB/TBC (HORE TIBI SEMBUH)

 CERITA PENDEK PENYAKIT TB/TBC 

(HORE TIBI SEMBUH)
































sumber dari:https://promkes.kemkes.go.id/edukasi-tuberkulosis-pada-anak-dengan-buku-cerita-hore-tibi-sembuh


Senin, 12 Oktober 2020

Edukasi Tuberkulosis pada Anak dengan Buku Cerita “Hore, Tibi Sembuh”

 Edukasi Tuberkulosis pada Anak dengan Buku Cerita “Hore, Tibi Sembuh”


Edukasi Tuberkulosis pada Anak dengan Buku Cerita “Hore, Tibi Sembuh”
https://promkes.kemkes.go.id/edukasi-tuberkulosis-pada-anak-dengan-buku-cerita-hore-tibi-sembuh

Edukasi Tuberkulosis pada Anak dengan Buku Cerita “Hore, Tibi Sembuh”

Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Insidensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah 316 per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar  845.000 penduduk menderita tuberkulosis pada tahun 2018.

WHO menyebutkan, ada sekitar 1,7 juta orang yang meninggal akibat TBC di dunia, sedangkan di Indonesia diperkirakan ada 92.700 orang meninggal akibat TBC, atau sekitar 11 orang meninggal karena TBC per jam-nya.

TBC tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi orang yang memiliki imunitas rendah dan memiliki penyakit penyerta, seperti lansia, anak-anak, pasien diabetes, ODHA (orang dengan HIV AIDS) sangat berisiko terinfeksi TBC. Khususnya TBC pada anak perlu menjadi perhatian, terutama karena anak-anak adalah penerus bangsa.

Sebagian besar kasus TBC pada anak tidak terdiagnosis karena anak-anak ini tidak mengakses perawatan atau karena TBC tidak dianggap sebagai penyebab penyakit. Secara global, diperkirakan 1,12 juta anak menderita penyakit TBC, 47% di antaranya berusia kurang dari 5 tahun.

Pada 2018, 72,5% dari 1,3 juta anak di bawah 5 tahun tidak mengakses obat yang dibutuhkan. Di Indonesia, sekitar 62% kasus TBC anak di bawah 15 tahun terlaporkan dan dalam perawatan dari perkiraan 101.160 kasus TBC anak, diantara mereka, 89 anak memiliki TBC Resistan Obat (TB RO), namun hanya 29 yang memulai pengobatan lini kedua.

Upaya pencegahan TBC pada anak telah dilakukan melalui program dari Sub Direktorat Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan dengan pemberian pengobatan pencegahan untuk orang sehat termasuk anak-anak apabila mereka memiliki kontak dekat (serumah) dengan pasien TBC.

Tetapi, baru sekitar 7.224 anak-anak di bawah 5 tahun yang menerima terapi pencegahan TBC, atau sekitar 5,9% cakupan dari mereka yang membutuhkannya. Selain itu, upaya pengobatan juga dilakukan dengan penyediaan OAT untuk anak.

Kementerian Kesehatan bersama dengan mitra mengadakan serangkaian kegiatan kampanye edukasi dan informasi untuk membangun kesadaran serta mematik peran aktif masyarakat dan lintas sektor terkait TBC pada anak dan upaya pencegahannya, salah satunya melalui “Peluncuran dan Pembacaan Buku Cerita: Hore Tibi Sembuh”

Melalui buku “Hore Tibi Sembuh” diharapkan masyarakat yang membacanya dapat mengetahui gejala TBC pada Anak dan memahami tindakan apa yang perlu dilakukan apabila menemukan gejala tersebut pada anak, serta menyadari betapa pentingnya Terapi Pencegahan TBC bagi anak. Harapannya buku ini dapat bermanfaat agar Anak Indonesia Sehat dan Bebas TBC.

Link untuk mengakses softcopy buku cerita anak : https://my.flipbookpdf.net/2Ft3A

#AnakSehatBebasTBC #BersamaKitaSehat #TOSSTBC

Sumber: Sub Direktorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
www.tbindonesia.or.id

https://promkes.kemkes.go.id/edukasi-tuberkulosis-pada-anak-dengan-buku-cerita-hore-tibi-sembuh

Klik Comic Gambarnya disini

Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan Anak

 Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan Anak

Stunting menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak. Lantas, apa saja penyebab dan dampak dari kondisi ini?

Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan oleh dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak.

Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan Anak - Alodokter
https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko

Penyebab Anak Mengalami Stunting

Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stuntingAda banyak sekali hal-hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk iniBerikut adalah penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui:

1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai

Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.

Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.

Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah jika anak terlahir dengan kondisi sindrom alkohol janin (fetus alcohol syndrome). Kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan saat hamil yang kemungkinan diawali ketidaktahuan ibu akan larangan terhadap hal ini.

2. Infeksi berulang atau kronis

Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting.

Terjadinya infeksi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makan untuk anak dan sanitasi di tempat tinggal.

3. Sanitasi yang buruk

Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan).

4. Terbatasnya layanan kesehatan

Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya.

Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak

Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik. Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai macam masalah, di antaranya:

  • Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.
  • Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
  • Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.

Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci dari pencegahan stunting. Berikut hal-hal yang harus diingat untuk mencegah stunting:

  • Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan selama menyusui.
  • Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Kecil, seperti memberikan ASI eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usi
  • Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir.
  • Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan, serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.

Menghindari terjadinya stunting memang memerlukan ketekunan dan usaha yang menyeluruh dari semua pihak. Ingat, tanggung jawab ini bukan hanya milik para ibu, loh, melainkan milik seluruh anggota keluarga.

Apabila Anda masih ada kebingungan mengenai pencegahan stunting atau sumber gizi yang baik untuk ibu hamil dan anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter ya.

Terakhir diperbarui: 30 Januari 2020
Ditinjau oleh: dr. Meva Nareza

sumber:https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko

Pengertian TBC (Tuberkulosis)

Pengertian TBC (Tuberkulosis)

TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosisTBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.alodokter-tuberkulosis2

Gejala Tuberkulosis

Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:

Pengobatan Tuberkulosis

TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).

TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:

Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi pertimbangan, sehingga Anda tidak perlu dipusingkan dengan tanggungan biaya saat berobat nanti.

Pencegahan Tuberkulosis

TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:

  • Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
  • Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
  • Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Terakhir diperbarui: 28 Februari 2019
Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy


sumber:https://www.alodokter.com/tuberkulosis

Pengertian Penyakit Kusta atau Lepra

PENYAKIT KUSTA

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen.

Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.

Leprosy - alodokter

Penyebab Kusta

Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.

Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.

Perlu dicatat, seseorang dapat tertular kusta jika mengalami kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya.

Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kusta, di antaranya:

  • Bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo atau simpanse
  • Menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta
  • Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh

Gejala Kusta

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20–30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah:

  • Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
  • Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit
  • Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
  • Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
  • Kehilangan alis dan bulu mata
  • Mata menjadi kering dan jarang mengedip
  • Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung

Jika kusta menyerang sistem saraf, maka kehilangan sensasi rasa termasuk rasa sakit bisa terjadi. Hal ini bisa menyebabkan luka atau cedera yang terdapat di tangan atau kaki tidak dirasakan oleh penderitanya, akibatnya bisa muncul gejala hilangnya jari tangan atau jari kaki.

Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu:

  • Intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna kulit sekitarnya yang kadang sembuh dengan sendirinya
  • Tuberculoid leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan disertai dengan pembesaran saraf
  • Borderline tuberculoid leprosy, ditandai dengan munculnya lesi yang berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy
  • Mid-borderline leprosy, ditandai dengan banyak lesi kemerahan, yang tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, serta pembengkakan kelenjar getah bening setempat
  • Borderline lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak bisa berbentuk datar, benjolan, nodul, dan terkadang mati rasa
  • Lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris, umumnya lesi yang timbul mengandung banyak bakteri, dan disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak

Kapan harus ke dokter

Jika menderita gejala-gejala kusta seperti yang sudah dijelaskan di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter. Selain itu, konsultasikan ke dokter jika Anda memiliki faktor risiko untuk menderita kusta. Semakin cepat kusta ditangani maka semakin tinggi peluang kesembuhannya.

Diagnosis Kusta

Untuk mendiagnosis kusta atau lepra, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kemudian memeriksa kulit pasien. Dokter akan memeriksa apakah ada lesi di kulit sebagai gejala kusta atau tidak. Lesi lepra pada kulit biasanya berwarna pucat atau merah (hipopigmentasi) dan mati rasa.

Untuk memastikan apakah pasien menderita lepra, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear). Sampel kulit ini kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek keberadaan bakteri Mycobacterium leprae.

Di daerah endemik lepra, seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada klasifikasi badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terhadap penyakit kusta, yaitu:

  • Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meskipun hasil tes kerokan kulit (smear) negatif
  • Multibacillary, yaitu terdapat lesi kulit dengan hasil tes kerokan kulit (smear) positif

Jika lepra yang diderita sudah cukup parah, kemungkinan dokter akan melakukan tes pendukung untuk memeriksa apakah bakteri Mycobacterium leprae sudah menyebar ke organ lain atau belum. Contoh pemeriksaannya adalah:

Pengobatan Kusta

Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta yang diderita.

Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampicindapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin. Di Indonesia pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy).

Operasi umumnya dilakukan sebagai penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan antibiotik. Operasi bagi penderita kusta bertujuan untuk:

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh

Komplikasi Kusta

Komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:

  • Mati rasa
  • Glaukoma
  • Kebutaan
  • Gagal ginjal
  • Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria
  • Kerusakan bentuk wajah
  • Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung
  • Kelemahan otot
  • Cacat permanen, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung
  • Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki

Selain itu, diskriminasi yang dialami penderita dapat mengakibatkan tekanan psikologis atau bahkan depresi, dan dapat berujung pada percobaan bunuh diri.

Pencegahan Kusta

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk mencegah komplikasi sekaligus mencegah penularan lebih luas. Selain itu, menghindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta juga penting untuk mencegah kusta.

Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan langkah penting dalam mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan. Pemberian informasi ini juga diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi terhadap penderita kusta.

Terakhir diperbarui: 30 April 2020
Ditinjau oleh: dr. Merry Dame Cristy Pane
Referensi


sumber:https://www.alodokter.com/kusta

CARA MENYIKAT GIGI YANG BENAR

 

Cara Menggosok Gigi yang Baik dan Benar

Menggosok gigi secara rutin saja belum cukup untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan maksimal. Di samping rajin menggosok gigi, Anda juga perlu menerapkan cara menggosok gigi yang benar dan melakukan perawatan gigi ekstra.

Meskipun sudah dilakukan secara rutin 2 kali sehari, menyikat gigi saja sebenarnya belum cukup karena tidak bisa membersihkan sela-sela gigi hingga bagian di sudut mulut dengan baik, apalagi bila dilakukan terburu-buru atau dengan cara yang salah. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui cara menggosok gigi yang baik dan benar.



Namun, sebelumnya, pastikan juga sikat gigi yang Anda gunakan memiliki bulu sikat yang lembut dengan kepala sikat yang sesuai dengan ukuran mulut Anda. Sebisa mungkin, gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride untuk membantu mencegah kerusakan gigi dan masalah gigi berlubang.

5 Cara Menggosok Gigi yang Benar

Agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut, terapkan cara menggosok gigi yang benar dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Awali dari seluruh geraham

Setelah sikat gigi dibasahi dan dioleskan pasta gigi secukupnya, gosok bagian luar gigi geraham pada perbatasan gusi dan gigi dengan gerakan memutar selama kira-kira 20 detik.

Setelah itu, gosok gigi geraham dari atas ke bawah, mulai dari batas gusi hingga ujung gigi, untuk menghilangkan plak dan sisa makanan di permukaan dan sela-sela gigi. Lakukan selama 20 detik.

Lakukan kedua gerakan tersebut pada semua bagian luar gigi geraham, baik sisi atas maupun bawah. Setelah itu, ulangi langkah yang sama pada bagian dalam gigi geraham.

2. Sikat gigi bagian depan

Setelah semua gigi geraham selesai disikat, arahkan sikat ke gigi depan bagian luar. Gerakkan sikat gigi secara melingkar dan perlahan hingga semua permukaan gigi depan terkena, agar sisa makanan dan plak yang menempel dapat tersapu.

Setelah itu, gosok bagian dalamnya dengan gerakan vertikal (ke atas dan ke bawah) atau seperti sedang mencangkul, baik pada deretan yang atas maupun bawah. Ulangi cara menggosok gigi ini sebanyak 2–3 kali pada masing-masing sisi.

3. Sikat permukaan mengunyah

Permukaan mengunyah gigi geraham ukurannya lebar dan agak cekung, sehingga memungkinkan makanan untuk menempel di sana. Sikat permukaan gigi ini dengan gerakan memutar agar sisa makan agar sisa makanan bisa terangkat.

4. Sikat area lidah dan sisi dalam pipi

Setelah semua gigi tersikat, jangan lupa untuk menyikat permukaan lidah dan sisi dalam pipi dengan sikat gigi atau sikat lidah. Sisa makanan dan bakteri penyebab bau mulut mungkin menempel pada area ini, sehingga Anda perlu menyikatnya juga secara lembut.

5. Bersihkan sela gigi dengan benang gigi

Agar perawatan gigi dan mulut maksimal, Anda disarankan untuk lanjut membersihkan gigi menggunakan benang gigi. Benang gigi mampu mengangkat sisa makanan yang mungkin masih terselip di sela-sela gigi yang sempit dan tidak terjangkau oleh sikat gigi.

Patuhi Aturan Menggosok Gigi

Selain menerapkan cara menggosok gigi yang benar, Anda juga harus tahu aturan dalam menyikat gigi. Aturan ini penting untuk diterapkan agar kesehatan gigi dan mulut Anda selalu terjaga:

1. Jadikan sebagai rutinitas

Jadikan menggosok gigi sebagai salah satu rutinitas yang wajib Anda lakukan  setelah makan, setidaknya setelah makan pagi dan saat malam sebelum tidur.

2. Jangan terlalu sering

Menggosok gigi 2–3 kali sehari adalah jumlah yang ideal. Sebaliknya, menggosok gigi lebih dari 3 kali sehari dapat merusak lapisan luar gigi dan melukai gusi.

3. Jangan menggosok terlalu kuat

Selain terlalu sering, menggosok gigi terlalu kencang juga berisiko menyebabkan kerusakan gigi atau gusi berdarah. Untuk mengontrol kekuatan menyikat dengan lebih baik, pegang gagang sikat gigi seperti sedang memegang pensil, bukan dengan tangan mengepal.

4. Jangan terburu-buru

Menggosok gigi dengan terburu-buru bisa membuat beberapa bagian tidak tersikat dengan bersih. Padahal, kunci terpenting adalah menyikat semua permukaan gigi. Agar gigi tersikat bersih, beri waktu setidaknya 30 detik untuk menyikat tiap deretan gigi.

5. Ganti sikat gigi secara rutin

Meski sikat gigi Anda masih terlihat bagus, jangan lupa untuk menggantinya setiap 3–4 bulan sekali, terutama jika bulu sikat sudah berubah bentuk atau terlihat kotor.

Sama halnya dengan bagian tubuh yang lain, gigi dan mulut juga harus rajin dibersihkan secara menyeluruh agar kesehatannya tetap terjaga. Jadi, mari terapkan cara menggosok gigi yang baik dan benar.

Selain itu, jangan lupakan melakukan pemeriksaan gigi secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, agar kesehatan gigi dan mulut Anda dapat terus terpantau. Dalam pemeriksaan gigi ini, dokter juga dapat melakukan pembersihan karang gigi dan tindakan lain yang dirasa perlu bila ada masalah pada gigi dan gusi Anda.

Terakhir diperbarui: 15 Maret 2020
Ditinjau oleh: dr. Meva Nareza
sumber:https://www.alodokter.com/masalah-kerap-muncul-meski-gosok-gigi-rutin

Selasa, 06 Oktober 2020

Puskesmas Ciawigebang PASTI


PUSKESMAS CIAWIGEBANG DENGAN TATA NILAI PASTI

(PROFESIONAL, AMANAH, SENYUM, TRANSPARAN DAN IKHLAS)

PUSKESMAS CIAWIGEBANG MERUPAKAN PUSKESMAS SANTUN LANSIA DAN RAMAH ANAK

UNTUK ITU PASIEN USIA LANJUT, IBU HAMIL DAN ANAK-ANAK DIUTAMAKAN UNTUK DUDUK DI KURSI RUANG TUNGGU PASIEN

PUSKESMAS CIAWIGEBANG MEMILIKI ....UNIT PELAYANAN (BP UMUM, BP GIGI, R. TINDKAN, R.ANAK/MTBS, KIA-KB, LAB, APOTEK, VCT-HIV, TB-KUSTA, KONSELING TERPADU, USG, PONED).

DENGAN ALUR PELAYANAN SEBAGAI BERIKUT :

1.       Pasien Yang Datang  Ke Puskesmas Ciawigebang diarahkan Oleh Petugas Informasi Untuk Mengambil Nomor Antrian Yang Telah Disediakan di Informasi

2.       Pasien Yang Telah Mengambil Nomor Antrian Diharapkan Duduk Di Ruang Tunggu Depan Loket Pendaftaran

3.       Setiap Pasien Yang Akan Berobat Diharapkan Mempersiapkan Persyaratan Pendaftaran  Yang Terdiri Dari (Fc. Kk, Kartu Bpjs atau Kartu KIS Bagi Yang Memiliki, Dan Kartu Berobat )

4.       Petugas Pendaftaran Memanggil Pasien Sesuai Nomor Urut Dan Mendaftarkan Pasien.

5.       Pasien Yang Telah Melakukan Pendafataran Menunggu Di Depan Ruang Pelayanan Yang Dituju

6.       Petugas Unit Pelayanan Mengambil Family Folder Ke Ruang Pendaftaran Yang Telah Disediakan Oleh Petugas Pendaftaran

7.       Petugas Pada Unit Pelayanan Memeriksa Pasien.

8.       Petugas Pada Unit Pelayanan Merujuk Pasien Ke Unit Terkait Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien Jika Memerlukan Pemeriksaan Tambahan Atau Penunjang.

9.       Petugas Menerima Hasil Pemeriksaan Penunjang

10.   Petugas Menegakkan Diagnosis Dan Membuat Resep Untuk Pasien

11.   Petugas Memberikan Informed Consent Untuk Pasien Tindakan

12.   Petugas Menyerahkan Resep Kepada Pasien Untuk Diserahkan Pada Bagian Obat / Apotik.

13.   Petugas Pada Bagian Obat Menerima Resep Dan Menyiapkan Obat.

14.   Petugas Memberikan Obat Pada Pasien Dan Menjelaskan Prosedur Mengkonsumsinya

15.   Pasien Pulang

BAGI YANG MEMBUTUHKAN TOILET TERLETAK DI SAMPING Ruang MTBS.


SAFETY BREAFING UPTD. PUSKESMAS CIAWIGEBANG





DEMI KESELAMATAN KITA SEMUA APABILA TERJADI KEBAKARAN atau Gempa Bumi dan kejadian yang tidak diinginkan lainnya, YANG HARUS DIPERHATIKAN :

1.       JANGAN PANIK

2.       KELUAR SECARA TERATUR

3.       TIDAK SALING MENDORONG

4.       IKUTI  PETUNJUK JALUR EVAKUASI YANG TELAH DIPASANG DI DINDING dan berkumpul di titik evakuasi di halaman depan gedung Puskesmas.

5.       BAGI YANG MENGGUNAKAN SEPATU HAK TINGGI DIHARAP MELEPAS SEPATU

UNTUK ORANG TUA YANG MEMBAWA ANAK KECIL, HARAP DIPERHATIKAN  JANGAN TERLEPAS DARI PANTAUAN ORANG TUA.

UNTUK YANG MEMBAWA BARANG BERHARGA (DOMPET, HP, UANG) HARAP BERHATI-HATI

 

 

"Gerakan Aksi Bergizi di SMA Negeri 1 Ciawigebang".

 " Gerakan Aksi Bergizi di SMA Negeri 1 Ciawigebang ". Rabu, 25 Oktober 2022 Penulis: Arief Noor Rizki Kurniawan Puskesmas Ciawige...